Monday, January 31, 2011

Part 4: Kedewasaan

Sebuah catatan kecil akan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benakku....

Kedewasaan merupakan pertanyaan yang sering ku tanyakan kepada orang-orang di sekitarku... Apa itu dewasa?? Bagaimana dewasa itu??? Point apakah yang membuat kedewasaan itu timbul???
Aku pernah berdiskusi dengan sahabatku...
“Menurut aku, kedewasaan ditentukan oleh umur!”, katanya. Ia berpendapat demikian, mungkin karena ia lebih dulu lahirnya dariku, dan menurutku terkadang dia memang lebih dewasa dalam bersikap dan memandang sesuatu.
Namun sayang, aku tidak sepakat akan pendapatnya, “Tidak, kedewasaan itu sama sekali tidak ditentukan oleh umur... masih ada point penting lainnya yang menyatakan bahwa ia telah dewasa!”. Aku berpendapat demikian, karena aku belajar dari orang-orang di sekitarku, mengamati mereka dan aku menemukan bahwa orang-orang tersebut yang lebih dulu lahirnya seringkali lebih bertindak tidak dewasa, dibandingkan orang-orang yang lahir lebih muda dibandingkan mereka....
Sampai saat ini pertanyaan tersebut masih tidak terjawab dan tidak diketahui siapa yang benar, siapa yang salah. Pendapat masing-masing terkadang ada benarnya, kadang-kadang ada salahnya.
Aku seringkali mengira bahwa aku sudah dewasa. Aku membuat teori-teori kedewasaanku sendiri, dan tentu saja berdasarkan teori tersebut aku sudah masuk kategori dewasa. Akan tetapi, pendapatku dari hasil penilaian teori yang ku buat ternyata salah, karena teman-temanku pernah mengatakan langsung kepadaku, bahwa aku seringkali tidak dewasa, karena tidak bisa menempatkan diri pada tempat yang seharusnya.
Aku mulai memahami bahwa kedewasaan itu tidak sesederhana yang dibayangkan, karena kedewasaan itu mencakup banyak aspek. Apakah dalam usiaku yang sekarang aku sudah dewasa? Tentang itu aku juga belum bisa memastikannya.
Menurut Apa yang aku amati dan Apa yang aku pikirkan, kedewasaan itu dapat dipengaruhi beberapa hal:
Pertama, dengan siapa kita bergaul dan berinteraksi. Dalam agama Islam, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, “Seseorang itu bersama agama temannya. Maka hendaklah seseorang memperhatikan dengan siapa dia berteman” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Contohnya adalah kedewasaan itu akan timbul, apabila kita dekat dengan orang-orang yang dewasa dalam berpikir, bertindak, berbicara dan hal lainnya, maka secara tidak langsung kita juga akan mencoba meniru sikap dewasa tersebut.
Kedua, aktivitas yang sering kita lakukan. Apabila kita hanya menghabiskan waktu untuk aktivitas yang tidak berguna, seperti bermain, tidur-tiduran, nonton teve, dan sebagainya, maka terkadang kita bisa disebut orang yang tidak dewasa. Tidak dewasa karena kita tidak mampu menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat. Kita tidak sadar, bahwa hidup di dunia hanya sekali, dan hidup di dunia ini hanya untuk mempersiapkan kehidupan kita yang abadi di akhirat kelak.
Seseorang yang menghabiskan waktunya dengan banyak beraktivitas, memiliki rasa tanggung jawab dan kedisiplinan yang lebih besar. Itulah mengapa orang-orang yang tidak belajar berorganisasi atau tidak bekerja sama seringkali tidak bertindak dewasa.
Ketiga, pemahaman seseorang terhadap agama yang dianutnya. Seseorang yang tidak memahami agamanya sendiri secara menyeluruh cenderung merasa kebingungan dalam menjalani hidupnya, karena ia mencari-cari sendiri tujuan hidupnya. Padahal tujuan hidupnya sudah digariskan sangat jelas di agama mereka. Sebagai contoh, dalam Islam, tujuan dan tugas hidup manusia dijelaskan dalam Adz-Dzariyat (51): 56, yang berbunyi, “Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
Seseorang yang dewasa sudah mengerti arti dan tujuan hidupnya di dunia. Ia tidak menyia-nyiakan waktunya untuk mencari arti kehidupannya, sehingga ia mampu menggunakan waktunya untuk melakukan amal-amal yang berguna.
Keempat, umur juga berpengaruh besar terhadap kedewasaan. Pengaruh umur lebih kepada dalam pengalaman hidup. Seseorang dengan umur yang lebih pasti memiliki pengalaman hidup yang lebih pula.

Adalah penting bagi diri kita untuk selalu introspeksi diri, kapanpun itu, karena sesungguhnya kita sedang menghitung mundur ke arah lonceng kematian yang kapan berbunyinya hanya Allah yang tahu. Kita harus bisa dewasa, karena kita harus bermanfaat bagi setiap orang yang ada di sekitar kita. Tidak ada yang bisa mengubah diri kita menjadi lebih dewasa, selain diri kita sendiri.

Part 3: Waktuku

Sebuah catatan kecil akan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benakku....



Tidak terasa waktu berdetak begitu cepat 
Sesungguhnya hitungan nafas kita pun telah di tetapkan
Dentingan detik pun telah di perhitungkan
Semuanya akan pergi dan tak akan bisa kembali

Alhamdulillah YA ALLAH...
Engkau masih dapat memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri
Agar aku tidak termasuk ke dalam orang-orang yang merugi apalagi celaka di hari pembalasan nanti

YA ALLAH....
Berikan hamba-MU ini kekuatan untuk menjalani hidup ini sesuai dengan kebutuhanku untuk mendapatkan Ridho Illahi-Mu...
Walau terkadang hamba sering lalai.. asyik akan urusan duniawi yang tak pernah usai...

Banyak orang ketika datangnya hari lahir mereka,, lebih banyak merayakannya dengan hura - hura sampai lupa dengan Sang Maha Kuasa 
Padahal dengan bertambahnya umur, maka jatah hidup atau kontrak hidup kita di dunia semakin berkurang
Semakin dekat dengan kematian yang akan di mintai pertanggungjawabannya
Atas amanah umur yang di berikan kepada hamba-Mu

YA ALLAH....
ampunilah semua dosa - dosa yang telah aku perbuat di hari kemarin,, hari ini,, 
Sering aku melalaikan perintah MU 
Beri hamba kekuatan buat menjalani sisa umur ini untuk berbuat kebaikan yang semakin mendekatkan diri kepada-MU
Semoga kesuksesan dunia dan akhirat dapat ku raih 

Amin amin amin yarobbal'alamin

Part 2: Kesuksesan

Sebuah catatan kecil akan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benakku....
“Apakah kesuksesan itu sudah kamu raih, Anisa???” Itulah pertanyaanku pada diri menjelang milad ke 22 tahun--saat berkurangnya lagi kontrak usiamu di dunia, Nisa. Sebuah pertanyaan yang hingga saat ini pun masih sering ku tanyakan... Lalu,, “Kau sukses!” Suara-suara itu berkata. “Selamat kamu berhasil!”sebuah jabat tangan dari yang lain. Kemudian aku berpikir kembali... Benarkah, Nisa? Apakah sukses itu telah benar-benar mendekapmu? Atau hanya terlintas tanpa pernah sebenarnya tergenggam?
“Apakah sukses itu?” Aku bertanya kembali dan berpikir tuk mencari jawaban yang terbaik.. namun jawabanku hanya, “Ketika aku menjadi itulah sukses...”
Pikiranku semakin terus bertanya, “Menjadi apa, Anis?”... “Apakah menjadi orang yang mampu meraih cita dan cinta?? Menjadi orang yang dekat padaNya dan tiba pada prestasi…” “Ah, Apakah kau yakin itu yang kau bilang sukses? Kau yakin kau telah benar-benar sukses? Ya, kau memang sudah meraih banyak impianmu ketika kecil. Tapi…sungguhkah kau telah sukses? Sudah kau tanya hatimu?” Pikiranku pun berkecamuk kembali....
Mungkin hatiku akan berkata lirih: jauh…masih begitu jauh ...dan setiap kau tiba pada milad di tahun yang baru, kau akan tersentak saat menyadari bahwa kau harus selalu mulai meniti jalan itu lagi… jalan yang sama tuk kau lalui dengan baik... jalan yang membawamu menuju kesuksesan dengan penuh rintangan yang menghalangi langkahmu dan membuatmu gagal... Jalan yang akhirnya juga akan menemukan tujuan pasti dengan jejak-jejak kebanggaan yang akan kau tinggalkan... Hanya tuk meraih kesuksesan itu...
Sukses itu, Nisa… Sukses itu, Anis.... 
Sukses adalah saat kamu dapat melakukan sesuatu yang membawa orang lain, orang-orang di sekitarmu pada jalan keberhasilan dan kebahagiaan. Sukses yang sebenarnya bukanlah ketika dirimu (saja) yang menjadi. Namun, Sukses itu justru saat kau memiliki kontribusi--meski kecil--dalam keberhasilan dan kebahagiaan orang lain dan orang-orang di sekitarmu. Sukses adalah ketika ada setitik cahaya terang tentangmu dalam binar cahaya orang lain dan orang-orang di sekitarmu….
Jadi berjalan terus, Anisa …semoga kamu sukses….
Bergegaslah...sebab sudah 22 tahun....
Mungkin waktu kontrakmu tak banyak lagi...
Tak banyak lagi....
Pikirkan kembali apa yang harus kau lakukan untuk sukses itu.....

Part 1: Wanita

Sebuah catatan kecil akan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benakku....

“Kamu adalah seorang Wanita... dari namamu juga sudah menunjukkah bahwa kamu seorang wanita...selain memang jenis kelaminmu... Namun apakah sikapmu sudah menunjukkan bahwa kamu seorang wanita?? Apakah caramu berpikir, berbicara, bertindak, atau perilaku lainnya sudah benar-benar menunjukkan bahwa kamu seorang wanita”
Seseorang mengingatkanku akan diriku yang memang seorang wanita.. Lalu apakah benar aku sudah menunjukkan sikap wanita itu???? Aku rasa belum.. Aku belum mampu tuk benar-benar bersikap menjadi seorang wanita yang seharusnya lebih baik lagi...
“Lalu kapan kamu mulai bersikap seperti itu??” Hanya senyum terkulum... “Entahlah,,aku tak tau pasti..yang aku tahu..aku hanya berusaha,,belajar,,mencoba yang terbaik tuk melakukannya dengan memahami atas anugerah yang Allah berikan padaku...

Thursday, January 27, 2011

Mimpi yang Tertanggal di IPB


Jejak pertama ku di IPB adalah pelataran gedung ini…
di tempat inilah aku diajak mengenal kampus yang menjadi naungan dalam menambah ilmu…
di sini pertama kali aku mengenal IPB bersama kawan-kawan SMA ku yang juga ikut keterima dalam USMI…


dari gedung ini, jejak pertama aku melangkah tuk mengenal seluk beluk bagian kampus..
dari satu fakultas ke fakultas lainnya, dari LSI ke rektorat, dari masjid Alhurriyah ke asrama, gymnasium, wilayah yang penuh dengan kost-kostan, kantin fakultas, hingga tempat makan yang nantinya akan ku datangi seperti sekarang…


Sekarang….
hanya tinggal menghitung waktu yang akan membawaku kembali menuju ke sana seperti pertama kali aku benar-benar di terima dalam sebuah Open House IPB….
Akan ku raih impian itu di sana, bersama teman-teman seperjuanganku…
bukan hanya teman yang satu SMP atau SMA dahulu… teman-teman dan sahabat-sahabatku dari sejak awal pertama ku jejak kembali di Open House hingga aku menyelesaikan amanah orang tua dan ilmu yang ku harapkan itu ku dapatkan…


Impian itu akan menjadi nyata„,hanya tinggal ku tunggu dan ku selesaikan kewajiban yang harus ku lakukan agar mimpi itu menjadi nyata…
Aku janji akan ku jejakkan kembali kakiku dengan impian yang telah ku raih dan dengan amanah orang tua yang telah ku selesaikan itu tepat pada tahun 2011 ini…



# Aku akan berkumpul di bawah atap itu sebagai impianku„
karena itu Tuhan„, izinkan lah aku bermimpi tuk bisa berada di sana..
namun Tuhan… impian tersebut belumlah cukup ketika ia belumlah menjelma menjadi cita-cita„
dan aku pun sepakat bahwa cita-cita adalah mimpi yang bertanggal.. 
cita-citaku adalah mimpi dari rangkaian indah rencanaku, ikhtiarku, dan Rencana-Mu..


Dramaga, 21 Januari 2011


 *dan semua itu dapat terlaksana setelah ikhtiarku sesungguhnya dan bagi-Mu-lah waktu terindah saat itu akan tiba untukku..

Friday, January 21, 2011

Berjalan Bersama Keong

image
Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan. Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak. Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.
Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf, serasa berkata : “Aku sudah berusaha dengan segenap tenaga!” Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan. Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.
Ya Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap. Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang. Pelankan langkah, tenangkan hati….
Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga. Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut. Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing. Aku lihat langit penuh bintang cemerlang. Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini?
Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!
Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya.
“He’s here and with me for a reason”
Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu. Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat. Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya. Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.
  • Saat bertemu penolongmu, ingat untuk bersyukur padanya. Karena ialah yang mengubah hidupmu.
  • Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, ingatlah untuk berterima-kasih sambil tersenyum. Karena ialah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.
  • Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum. Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.
  • Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincanglah dengannya. Karena jika bukan karena dia, hari ini mungkin engkau tak memahami dunia ini.
  • Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, berkatilah dia. Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia ?
  • Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.. Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu
  • Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya. Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.
  • Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu. Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati..

Tentang Aku, Kalian, dan Waktu

sejenak hari ini saya hanya sangat ingin bertanya kepada kalian atau kamu yang selalu temani saya atau ikut ada dalam agenda tersebut... Pertanyaan ini tak sulit,, namun juga tak mudah tuk menjawabnya...















atau sejenak hari ini saya hanya ingin merenung atau terdiam tuk mencari hal-hal yang terkadang selalu saya pertanyakan dalam benak saya tanpa pernah mengatakan kepada kalian.... Aku hanya ingin bertanya yang selalu ada dalam benak saya, tak perlu kalian jawab jika kalian tak ingin menjawabnya..
saya hanya butuh satu atau beberapa tindakan nyata dari sikap yang telah kalian pilih atas pertanyaan yang akan saya ajukan ini...
"Sesibuk itukah kalian dengan semua kegiatan yang tercantum dalam Agenda kalian itu?"
Apakah karena itu, sehingga kesepakatan awal kita, terlanggar begitu saja??"
“Apakah agenda-agenda yang telah kita sepakati di awal tentang amanah itu, tak masuk dalam daftar kegiatan di agenda kalian itu???”
Saya tahu kalian punya banyak kegiatan di luar amanah yang telah kita sepakati di awal... saya pun tidak pernah melarang kalian untuk ikut kegiatan apapun di luar kesepakatan awal kita atau terkadang kebutuhan sosial kalian yang dibutuhkan oleh pribadi kalian,, saya pun tidak menghalangi..
terutama di saat kalian ingin bertemu/bercengkerama dengan keluarga, berkumpul bersama kawan, teman dan sahabat kalian dan saya pun bisa menghargai waktu anda sekalian untuk itu...
tapi, tolonglah!
PROFESIONALITAS atas amanah yang kalian punya... dan tolonglah!
HARGAI JUGA WAKTU YANG SAYA MILIKI 
Kegiatan atau agenda-agenda yang saya lakukan atas nama KITA itu merupakan amanah yang telah kita sepakati di awal!!! saya tidak mengeluh atas bagian tugas yang saya miliki. saya senang bekerja dan belajar bersama kalian semua. saya hanya kecewa dengan sikap kalian yang kurang bisa menghargai waktu saya..
satu dua kali izin, seorang dua orang menghilang, kalian melakukan hal ini yang telah melanggar kesepakatan awal kita, tapi aku masih bisa terima...
Namun jika terus-terusan seperti ini, apa lagi yang harus aku lakukan untuk menyuruh kalian atas tanggung jawab amanah kalian, teman?
awal-awal aku menegur kalian dengan cara yang halus, dan terkadang sampai cara yang mungkin kalian bilang itu kasar.. dan selanjutnya, aku dengan diam ku tidak ingin juga terlalu mendikte akan agenda kalian...
kalian semua sudah dewasa,, bahkan mungkin kalian lebih pandai daripada aku, yang terkadang masih harus belajar menjadi hanya seorang mahasiswa kura-kura...
apakah kalian pikir aku hanya bersenang-senang saja di kosan atau di rumah (jika aku pulang) setiap hari sabtu dan minggu?
atau kalian berpikir karena rumah ku di Jakarta, sehingga dapat setiap saat aku pulang untuk bertemu orangtua, dan kalian juga berfikir bahwa aku tidak bisa merasakan rasanya jauh dari orangtua? You didn't know everything !
beberapa kali malam ku harus terbuang hanya untuk mengerjakan sesuatu yang harusnya bisa aku kerjakan pada waktu yang sewajarnya....
beberapa kali waktu yang harusnya bisa aku luangkan bareng keluarga,, harus tersia-siakan untuk tetap menatap layar monitor atau menunggu di tempat itu bahkan harus berpikir dengan agenda yang telah dijadwalkan sebelumnya...
aku tidak mengeluh tentang amanah, tugas dan kewajiban yang memang telah aku dapatkan dan harus ku laksanakan,,
teman...
aku ikhlas mengerjakan atas apa yang harus ku lakukan..terutama bagian yang telah harus aku selesaikan...
cuma tolong, hargai waktuku....
supaya aku juga bisa berbahagia kumpul bareng keluarga... bisa bantu ibu... berdiskusi dengan ayah dan kakak.. membantu membereskan rumah... bisa mengajarkan adik-adikku tentang pelajaran sekolahnya agar mereka rajin belajar.... bercengkerama dengan keluargaku...
sekali lagi tolong, hargai waktuku!!
Hal ini hanyalah sebuah pelarian dari sebuah cara untuk ungkapkan perasaan ku..
jika kata-kata yang tertulis menimbulkan protes,, mohon maaf atas hal itu..karena menurut saya sulit sekali untuk menemukan orang yang mau mendengar...
jika ada yang tersinggung, mohon maaf atas hal itu... tapi secara tidak langsung memang niat saya menyinggung anda...
saya tidak peduli anda mau bilang saya lebay, sok ingin dimengerti, sok cari perhatian dan sok-sok lainnya... Kata-kata ini hanya curahan hati dari kacamata seorang 3diyanisa

Bahasa Cinta...Sebuah Diorama...

Klasik, tapi tak berdaya untuk membantahnya. Bahwa cinta, memang tak harus memiliki, juga tidak harus membersamai. Walaupun kebersamaan dan memiliki merupakan salah satu bentuk dari cinta itu sendiri. Tapi jika kebersamaan dan kepemilikan dijadikan syarat dan bentuk mutlak dari cinta, maka cinta akan menjadi egois. Sedangkan egois, sepertinya tak layak untuk disandingkan dengan cinta.Cinta adalah memberi. Jika demikian, kita harus siap untuk memberikan apa yang kita cintai. Dalam episode cinta jenis ini, cinta bahkan merelakan apa yang kita miliki untuk orang lain. Bisa jadi yang kita miliki adalah waktu, mungkin harta, bisa juga kemampuan, atau sesuatu dalam bentuk yang lainnya. Cinta juga tak melulu berisi kesamaan. Karena mencintai dalam perbedaan jauh lebih sulit daripada mencintai dalam kesamaan. Dan bukankah salah satu fungsi cinta adalah mengikis perbedaan. Jika semuanya sama, bagaimana cinta itu akan terbukti.Ketidakbersamaan dengan ayah-bunda adalah cinta, karena dengannya kita tahu apa rindu, dan dengannya pula kita ingat apa itu bakti. Kehilangan orang yang disayangi juga cinta, karena cinta terlalu agung untuk dirasa dengan sesaat. Juga terlalu abstrak untuk didefinisikan secara fisik, maka butuh kehilangan untuk membuktikannya. Dengan kehilangan itu, kita tahu sebarapa dalam cinta itu, seberapa luas efeknya untuk hidup dan kehidupan.Kecewa adalah bahasa lain dari cinta. Kecewa ada karena harapan, dan tidak mungkin kita berharap dengan sangat besar kepada orang yang tidak kita cintai. Sedangkan maaf, adalah bahasa lain cinta yang menetralisir kecewa. Maka cinta adalah perjodohan antara kecewa dan maaf. Jika keduanya tidak ada untuk saling melengkapi, maka cinta akan menjadi pincang, akan sulit untuk dirasakan.Marah adalah bahasa cinta yang cukup unik. Karena marah adalah pembelaan terhadap apa yang kita cintai. Maka, biasanya yang menimbulkan marah adalah sesuatu yang melukai apa yang kita sukai, apa yang kita cintai. Tapi cinta juga punya bahasa lain yang bernama sabar. Dan cinta adalah hubungan yang mesra antara marah dan sabar. Marah merangkul sabar, sedang sabar mengecup marah.Dan sepertinya, cinta memang tak perlu didefinisakan. Seindah-indahnya rangkaian kata, tak akan pernah sanggup untuk mengungkapkannya. Cukup dirasakan dan ditebarkan saja, agar dunia ini dipenuhi cinta. Karena Kehidupan itu sendiri adalah bahasa cinta dari Tuhan, dan hanya hati yang berselimut cinta yang bisa memahami beraneka ragam bahasa cinta dari-Nya. Semoga saja, kita termasuk ke dalamnya.**** untuk sahabat yang baru saja menjadi ibu       untuk adik yang tak bisa liburan bersama ibunya       untuk para aktivis yang menukar sebagian liburnya dengan RKAT        untuk sahabat yang baru saja kehilangn papa       untuk sahabat yang baru menggenapkan diennya
:. bahasa cinta memang berbeda-beda, tinggal bagaimana kita memaknainya .:
110111
_Nazrul Anwar_

Tuesday, January 11, 2011

Surat Cinta Untuk Calon Suamiku

Diambil dari forum.tentangcinta.com

Seorang gadis menulis surat untuk calon husband dan menyimpannya di atas awan. Ini isi suratnya :


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Dear calon suamiku…
Apa kabarnya imanmu hari ini? Sudahkah harimu ini diawali dengan syukur karena dapat menatap kembali fananya hidup ini? Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah kau genggam?


Wahai Calon Suamiku…
Tahukah engkau betapa Allah sangat mencintaiku dengan dahsyatnya? Disini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak.
Meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih baik.
Kadang aku bertanya-tanya, kenapa Allah selalu mengujiku tepat dihatiku. Bagian terapuh diriku, namun aku tahu jawabannya. Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingat-Nya kembali mencintai-Nya. Ujian demi ujian Insya Allah membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga saat kelak kita bertemu, kau bangga telah memiliki aku dihatimu, menemani harimu.


Calon suamiku…
Entah dimana dirimu sekarang. Tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga akupun bangga memilikimu kelak.
Apa yang kuharapkan darimu adalah kesalihan. Semoga sama halnya dengan dirimu. Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku, hanya kesia-siaan yang dapati.
Aku masih haus akan ilmu. Namun berbekal ilmu yang ada saat ini, aku berharap dapat menjadi isteri yang mendapat keridhaan Allah dan dirimu, suamiku.


Wahai calon suamiku…
Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang solehah, agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak disyurga cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.
Aku ini pencemburu berat. Tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai daripada aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu.


Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah; “Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus berduri. Aku minta kepada Allah hewan mungil nan cantik, Dia beri aku ulat berbulu. Aku sempat kecewa dan protes. Betapa tidak adilnya ini.
Namun kemudian kaktus itu berbunga, sangat indah sekali. Dan ulatpun tumbuh dan beruba menjadi kupu-kupu yang teramat cantik. Itulah jalan Allah, indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan.”
Aku yakin kaulah yang kubutuhkan, meski bukan seperti yang aku harapkan.


Calon suamiku yang di rahmati Allah…
Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita. Karena itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih.
Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.


Bunga akan indah pada waktunya. Yaitu ketika bermekaran menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.
Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.


Calon suamiku…
Inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…