Hey kamu.. kamu
yang di sana..
Maaf jika aku
harus memanggil kamu, bukan aku tak tahu tentangmu. Aku hanya tak mengenalmu. Itupun aku baru
mengenalmu hanya lewat kata-kata indahmu di novel. Aku bingung memanggilmu
kakak, mba atau langsung namamu saja. Maaf jika aku dianggap tak sopan
memanggilmu dengan nama pena “Dee”, walau usiamu lebih matang dariku. Tapi aku
merasa dekat jika aku memanggilmu Dee.
Entah berapa
lama aku harus berpikir merangkai kata hanya untuk menulis surat ini untuk
seorang Dee. Kursor di layar ini terus berkedip memintaku untuk segera menulis apa
yang ingin ku sampaikan. Jujur aku hanya bisa menuliskan kata-kata ini.
Kata-kata yang ku ubah dari Surat yang ada di novel Perahu Kertas mu.
Hari
ini aku bermimpi,
Aku
bermimpi menuliskan surat pertamaku untuk Dee
Sejak
kamu membuatkanku ilustrasi-ilustrasi kata, aku merasa mimpiku semakin dekat.
Belum
pernah sedekat ini.
Hari
ini aku juga bermimpi.
Aku
bermimpi bisa selamanya menulis novel sepertimu.
Aku
bermimpi bisa berbagi dunia kata itu bersama kamu dan idemu.
Karena
novelmu, aku tidak takut lagi jadi pemimpi.
Terpesona
kata-katamu, aku ingin memberi judul bagi buku ini.
Karena
hanya membaca tulisanmu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya benar. Dan
bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.
Happy
Writing.
Aku akui, aku
tak pandai merangkai kata, menulis surat atau bahkan mengarang dengan kata-kata
indah sekalipun. Aku hanya berpikir terlalu berat jika aku menulis surat
seperti ketika aku harus berpikir keras untuk membaca Supernova. Namun aku
hanya ingin menikmati harumnya Filosofi Kopi bersama Madre yang penuh rahasia
hingga Perahu Kertas menghanyutkan dan membawa surat rahasia ini tersampaikan ke
Dee.
Aku hanya
berharap kalimat sederhana ini bisa menyentuhmu, karena surat yang menyentuh
untuk penerimanya, tak selalu harus ditulis dengan kalimat berindah-indah.
Dari : Anisa Tridiyani
Untuk : Mizan.com
No comments:
Post a Comment