Alkali Treated Cottonii (ATC)
Proses pembuatan karaginan semi murni lebih banyak digunakan untuk Eucheuma cottonii, sehingga dikenal dengan sebutan Alkali Treated Cottonii (ATC). Tipe ATC terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan cara proses pembuatan, yaitu ATC low alkali, ATC Chips (ATC High Alkali), dan Seaweed Flour atau Semi Refined Carragenan (SRC) (Noor et al. 1990 dalam Sukri 2006).
Proses pengolahan rumput laut menjadi ATC pada prinsipnya sangat sederhana yaitu dengan merebusnya dalam larutan KOH 8% pada suhu 80-85oC selama 2 jam. Rumput laut kemudian dinetralkan kembali dengan pencucian berulang-ulang, dipotong-potong dan dikeringkan sehingga diperoleh ATC yang berbentuk chips. Perebusan rumput laut dalam alkali dimaksudkan untuk meningkatkan titik leleh karaginan di atas suhu pemasaknya sehingga tidak larut menjadi pasta dan untuk meningkatkan kekuatan gel dari karaginan tersebut. ATC digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan karaginan murni, selain itu diproses lebih lanjut sebgai bahan pengikat dan penstabil dalam industri makanan ternak untuk pasaran Eropa, Amerika dan Asia Pasifik (Anggadireja et al. 2006)). Spesifikasi mutu standar karaginan atau ATC disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar mutu karaginan komersial , FAO (Food Agriculture Organization),
FCC (Food Chemicals Codex), dan EEC (European Economic Community)
Parameter | Karaginan Komersial | Karaginan Standar FAO | Karaginan Standar FCC | Karaginan Standar EEC |
Kadar Air (%) | 14,34±0,25 | Maks 12 | Maks 12 | Maks 12 |
Kadar Abu (%) | 18,60±0,22 | 15-40 | 18-40 | 15-40 |
Kekuatan gel (dyne/cm2) | 685,50 ± 13,43 | - | - | - |
Titik Leleh (ºC) | 50,21±1,05 | - | - | - |
Titik gel (ºC) | 34,10±1,86 | - | - | - |
Kadar sulfat (%) | | 15-14 | 18-40 | 15-40 |
Sumber: A/S Kobenhvas Pektifabrik (1978) dalam Angka dan Suhartono (2000)
Semi Refine Carragenan (SRC)
Metode pembuatan karagenan terbagi menjadi dua berdasarkan perbedaan prinsip kerja, salah satunya adalah semi refined carragenan. Semi refined carragenan adalah tepung rumput laut yang harus diekstrak untuk memperoleh kembali karaginan murni sehingga dapat menghemat penggunaan karaginan murni (Istini et al. 2007). Namun harga SRC lebih murah dibandingkan karaginan murni. SRC diproduksi dengan cara, Kappaphycus alvarezii diekstrak dan dipanaskan dalam larutan alkali kalium hidroksida selama sekitar dua jam. Bagian hidroksida dari reagen menembus dinding selulosa rumput laut dan mengurangi jumlah sulfat dalam karaginan, meningkatkan 3,6-AG sehingga kekuatan gel karaginan dalam rumput laut meningkat.
Bagian kalium dari reagen mengkombinasikan dengan karaginan dalam rumput laut untuk menghasilkan gel dan mencegah karaginan dari pelarutan dalam larutan panas. Namun, setiap protein terlarut, karbohidrat dan garam yang larut dan akan dihilangkan bila larutannya sudah habis dari rumput laut. Residu, yang masih terlihat seperti rumput laut, dicuci beberapa kali untuk menghapus alkali dan apa pun yang akan larut dalam air. Perlakuan alkali rumput laut sekarang dilakukan pengeringan; di iklim panas, seperti Filipina, biasanya pada beton besar. Setelah sekitar dua hari itu dicincang dan dimasukkan ke dalam pabrik untuk grinding ke bubuk yang dijual sebagai SRC atau tepung rumput laut (McHugh 2003).
Pemanfaatan Alkali Treated Cottonii
Karaginan sangat penting peranannya sebagai stabilizer (penstabil), thickener (bahan pengentalan), pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya (Winarno 1990). Penggunaan karaginan dalam bahan pengolahan pangan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu untuk produk-produk yang menggunakan bahan dasar air dan produk-prouk yang menggunakan bahan dasar susu. Karaginan juga berfungsi sebagai penstabil, pensuspensi, pengikat, protective (melindungi kolid), film former (mengikat suatu bahan), syneresis inhibitor (mencengah terjadinya pelepasan air) dan flocculating agent (mengikat bahan-bahan (Anggadireja et al. 2006).
No comments:
Post a Comment